PUISI INSPIRATIF: GURU PAHLAWAN TANPA TANDA JASA

Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Niatmu yang tulus dan suci

Mengantarkanmu datang ke sekolah ini

Lelah

Dahaga

Tak penah kau pedulikan

Demi kemajuan anak didik

Kesabaranmu memberikan ilmu

Sangat berarti bagi kami untuk bangkit dan maju

Kasih sayang

Pengorbanan

Dan perjuanganmu

Membuatku ingin sepertimu guru

Satu katamu membawa seribu kesempatan

Satu senyummu memberi sejuta kenangan

Nasihatmu adalah peringatan

Doamu memberikan sebuah harapan

Guruku…

Dirimu sosok yang mulia

Kau mengajarkanku tentang dunia

Darimu…

Semua harapan dan cita mampu tercipta

Sungguh engkau pahlawan tanpa tanda jasa

(Karya Indar Rosanti, diikutkan dalam Lomba Menulis Puisi 2011 yang diselenggarakan oleh OSIS SMP ALI MAKSUM Yogyakarta)

DONGENG SARAT DENGAN PESAN MORAL

Setiap orang tentunya pernah mendengarkan sebuah dongeng. Dahulu, dongeng diceritakan secara lisan atau dituturkan dari mulut ke mulut. Anak-anak sangat suka ketika orang tua mereka mendongeng, apalagi dongeng pengantar tidur. Imajinasi seorang anak akan berkembang ketika mendengarkan dongeng. Anak-anak akan membayangkan tokoh, tempat, dan peristiwa  yang dikisahkan.

Dongeng adalah suatu karya sastra yang menceritakan sesuatu hal yang tidak nyata atau tidak mungkin terjadi (fantasi). Dunia dalam dongeng merupakan cerita rekaan yang terkadang tidak logis apabila dikaitkan dengan dunia nyata. Contohnya, tokoh binatang yang bertingkah laku seperti manusia, benda-benda yang dapat berbicara, dan keajaiban.

Dunia rekaan dalam dongeng itu dapat merangsang keingintahuan pembaca, terutama anak-anak. Anak mempunyai imajinasi yang sangat luas. Sangat dianjurkan untuk diwarnai dengan hal yang sifatnya positif. Pengenalan dongeng sejak dini akan membantu mereka mengerti tentang dunia dan meningkatkan kemampuan berbahasa. Seorang anak akan berkembang kemampuan bahasanya apabila mereka selalu mengasah kemampuan berbicara dan berwawasan. Pengetahuan dapat diperoleh salah satunya dengan membaca buku.

Dongeng itu beragam jenisnya, antara lain mitos, legenda, sage, fabel, parabel, dan cerita jenaka. Dongeng mempunyai edukasi atau bersifat mendidik. Nilai pendidikan atau nilai moral dapat ditemukan setelah membaca dongeng tersebut. Pesan moral yang disampaikan merupakan petunjuk bertingkah laku di masyarakat. Misalnya, ajaran baik dan buruk, tidak boleh sombong dan durhaka, menjaga keutuhan masyarakat, menghormati orang tua, belajar hemat, introspeksi diri dan kebijaksanaan.

Nilai-nilai yang tersirat dalam dongeng tersebut apabila dihayati dan dilaksanakan maka akan tercipta kehidupan yang harmonis. Di negara ini tidak akan terjadi kekacauan apabila warga masyarakatnya melaksanakan nilai-nilai.

Selain mempunyai fungsi edukasi, dongeng juga berfungsi sebagai hiburan. Anak-anak akan terhibur dengan berbagai kelucuan dan hal yang tidak masuk akal. Misalnya, cerita Abunawas, Pak Pandir, dan si Kabayan. Cerita di dalam dongeng sifatnya ringan, dan sudah disesuaikan dengan pemahaman dunia anak-anak.

Dongeng sangat bermanfaat sekali bagi pembelajaran anak-anak. Karena mempunyai nilai didaktis dan hiburan. Oleh karena itu, mari kita tingkatkan gerakan gemar membaca. Supaya anak Indonesia berpengetahuan luas dan santun berbicara!

CINTA ALAM DAN LINGKUNGAN LEWAT PUISI

KEINDAHAN ALAM INDONESIA

Gulungan ombak yang menghempas karang

Membangunkan burung-burung

Mereka bangun

Beterbangan kian kemari

Menikmati indahnya pantai

di pagi hari

Sang fajar

Mulai menampakkan diri

Menyinari dedaunan yang berembun

Pagi menyapa pesisir

pantai yang masih asri

Berdesir-desir

Sepanjang hari

Keindahan alam yang mempesona

Membuat khas asri nusantara

Indahnya alam Indonesia

(Karya Erni Febri astuti, kelas 7 SMPN 3 Panggang Yogyakarta)

Puisi di atas merupakan salah satu contoh puisi yang bertema keindahan alam. Keindahan alam Indonesia dilukiskan oleh pengarangnya lewat baris kata penuh makna. Pilihan kata atau diksi yang disuguhkan sangat khas bahasa anak-anak. Diksi yang ditampilkan mendeskripsikan alam Indonesia yang indah. Puisi merupakan media untuk mencurahkan isi hati penyairnya.

BERMAIN PERAN DENGAN NASKAH DRAMA BUATAN SENDIRI

Kini mata pelajaran Bahasa Indonesia tidaklah membosankan. Banyak hal yang bisa dipelajari dari pelajaran Bahasa Indonesia. Salah satunya adalah drama. Drama merupakan suatu karya sastra yang merefleksikan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan. Materi drama diawali dengan menulis naskah drama dengan ide sendiri, mengidentifikasi unsur instrinsik naskah drama, bermain peran dengan naskah buatan sendiri, dan menanggapi pementasan drama. Materi yang sangat disukai oleh siswa yaitu bermain peran dengan naskah sendiri.

Awalnya, guru membimbing murid untuk menghasilkan ide kreatifnya. Kemudian ide tersebut dituangkan ke dalam bentuk dialog yang dibumbui dengan konflik antartokoh. Ide yang dituangkan harus orisinil karya siswa, tidak diperbolehkan menjiplak hasil karya orang lain. Para siswa dituntut harus jujur dan tanggung jawab, supaya mereka bisa menghargai diri sendiri dan orang lain. Setelah naskah selesai, tugas mereka selanjutnya adalah mementaskannya.

Siswa pentas secara berkelompok. Mereka harus mampu membuat skenario pementasan serta memahami tata cara berpentas. Selain belajar memahami sastra, siswa juga mendapatkan pendidikan moral yang baik. Contohnya, siswa dituntut untuk bertanggung jawab, adil, jujur, bekerja sama, dan menghargai orang lain. Para siswa sangat antusias sekali dengan pembelajaran tersebut. Mereka mampu memahami teori dengan melakukan praktik dan berpentas.

Eksistensi para siswa akan semakin baik, ketika mereka dihargai ide-ide dan pemikirannya. Belajar bermain peran sekaligus belajar memahami kehidupan dan solusi permasalahan. Pembelajaran drama ini sangat banyak manfaatnya, salah satunya adalah siswa mengetahui pesan moral yang diajarkan. Pendidikan berkarakter yang saat ini mewarnai dunia pendidikan di Indonesia mempunyai kontribusi yang besar dalam pembelajaran drama.

Penggunaan Bahasa Indonesia di Kalangan Siswa

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan. Bahasa Indonesia adalah identitas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar. Namun, tidak semua siswa fasih bertutur dengan bahasa Indonesia.

Ragam etnik dan bahasa yang ada di Indonesia merupakan kekayaan yang tiada duanya. Lain daerah lain juga bahasanya. Bahasa daerah di negara ini sangat beragam, di antaranya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minang, bahasa Bali dan lain-lain. Penutur bahasa daerah lebih banyak. Bahasa daerah seakan melekat erat dalam setiap tuturan. Hal tersebut berpengaruh terhadap penutur, terutama siswa atau pelajar di daerah tertentu.

Para siswa terkadang enggan bertutur dengan bahasa Indonesia. Mereka lebih nyaman dan akrab dengan bahasa daerah, sehingga penguasaan bahasa Indonesianya kurang. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pembelajaran. Siswa yang penguasaan bahasa Indonesianya rendah, mereka akan terhambat dalam penyerapan materi pelajaran.

Ada suatu cerita ketika seorang guru ditanya oleh muridnya, ” Pak sekarang kamu mengajar di kelasku!” kata seorang murid. Kemudian guru itu agak tercengang dengan perkataan muridnya tersebut. Guru itu lalu menegur muridnya. Mengapa guru itu menegur si murid? Tampaknya ada ucapan yang salah dari si murid. Murid itu menggunakan kata “kamu” dan “ku” untuk berbicara dengan gurunya. Murid tidak menyadari tuturannya yang salah. Karena ia tidak tahu penggunaan bahasa yang santun ketika bertutur dengan orang yang lebih tua. Guru itu menegur muridnya, “Coba ulangi sekali lagi perkataanmu! Seharusnya kamu berkata, Pak sekarang Bapak mengajar di kelas kami! Berbahasalah dengan baik dan santun!”

Peristiwa tersebut merupakan hal sepele. Namun, hal tersebut jika dibiarkan akan menjadi masalah serius. Si murid tidak akan pernah tahu penggunaan bahasa yang santun kalau guru tidak memberitahu. Oleh karena itu, pelajaran bahasa Indonesia di sekolah jangan hanya sebagai hafalan. Tetapi penguasaan bahasa Indonesia yang benar dan santun harus dipraktikkan, sehingga para siswa dapat menghayati sekaligus betutur dengan baik.

Demam bahasa asing juga melanda kalangan siswa. Mereka lebih senang mencampuradukkan bahasa asing dengan bahasa Indonesia. Berbicara dengan bahasa asing cenderung gaul dan terkesan lebih keren. Kosakata bahasa asing juga sering diselipkan di setiap tuturan. Padahal belum tentu mereka paham dan sesuai dengan konteks yang dibicarakan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia wajib ditingkatkan. Terutama pemahaman kosakata, penggunaan ejaan dan ragam bahasa sastra.